Manusia adalah mahkluk Tuhan yang
paling sempurna di antara mahkluk-mahkluk lainnya. Manusia diciptakan Tuhan
sebagai pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Maka tidak salah jika orang
bijak mengatakan bahwa orang yang baik adalah orang yang mampu memimpin dan
membimbing diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Terlebih menjadi seorang
pemimpin dalam suatu golongan.
Tuhan menciptakan manusia dengan 2
bentuk, yaitu Laki-laki dan Perempuan. Dan keduanya adalah pasangan. Dari
masing-masing mereka memiliki Tugas sendiri-sendiri. Laki-laki diciptakan
sebagai imam dalam suatu pasangan. Dalam Islam, kaum laki-laki dituntut untuk
menjaga, merawat, mendidik, menafkahi Istri & anak-anaknya dan menjadi
panutan dalam bahtera rumah tangga.
Di ibaratkan dalam Bahtera rumah tangga
itu adalah suatu kendaraan, sang suami adalah sopir, sedangkan istri dan
anak-anaknya tidak lain yaitu penumpang. Dan disinilah letak tanggung jawab
seorang suami. Seseorang yang seharusnya menentukan arah kendaraan menuju
tempat yang layak buat keluarganya. Dan tidak hanya layak, tetapi juga membawa
kemaslakhatan.
Namun setelah kita
melihat penjelasan di atas, pasti dibenak kita mempertanyakan, “Lo Mas,
Misalkan suami ini orangnya tidak baik, dan membawa keluarganya ke arah yang
sesat bagaimana??? Apakah kita harus mengikuti arah suami tersebut???” dengan
pertanyaan itu, sepertinya jawabannya sudah ada diatas.
Logikanya begini, jika dalam suatu
kendaraan sang sopir membawa kita ketempat yang berbahaya, misalkan kedalam
sebuah Jurang. Maka penumpang yang tahu kalau itu mengarah keJurang pasti akan
menegur sopir bahwa arah yang dituju adalah salah. Namun jika teguran itu
dihiraukan, mau tidak mau kita akan turun dari kendaraan tersebut. Bagaimana
tidak, kita sebagai manusia normal, sadar dan waras jelasnya kita tidak ingin
jatuh. Karena itu membawa sesuatu yang tidak baik kepada kita.
Jika di logikakan dalam suatu bahtera
rumah tangga, jika sang suami membawa kita kearah yang yang tidak baik, maka
kewajiban sang istri & anak-anak adalah mengingatkannya. Namun jika
peringatan itu tidak dihiraukan maka wajib pula sang istri & anak-anaknya
menolak ajakannya, meskipun dalam Islam suami adalah panutan.
Kemudian, dalam realita kehidupan ini
terkadang seorang Istri yang justru berlawan arah dengan suaminya namun bukan
karena Sang suami yang tidak benar, tetapi memang sang istri yang berkelakuan
diluar sewajarnya. Misalkan suaminya seorang Ustadz, istrinya mempunyai hobi
Dugem. Pertanyaannya “Siapakah yang disalahkan akan hal ini????” Inilah
pertanyaan yang seharusnya dipertanyakan kepada diri pribadi seorang suami.
Penjelasan di atas mengatakan bahwa
seorang suami adalah Imam bagi keluarganya. Jadi kesimpulannya jika dalam suatu
keluarga itu ada yang menyimpang, maka yang harus diTuntut adalah sang suami.
Jika hal itu terjadi, maka Sang suami telah gagal membangun sebuah bahtera
rumah tangganya. Namun jika anak dan istrinya menjadi seoarang Putra yang baik
dan menjadi seorang Istri yang BerAkhlaqurKarimah, maka Sang suami telah
berhasil menjadi suami yang Baik.
Sumber : mohammad rofiuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar